Sunday, February 21, 2010
"Please bring me home..."
In that groovy night,
The music blasts through the hall.
People's chattering, their smiles.
The ladies' giggles,
The man's laughter.
By her own self.
Staring into her heels,
Gloves in the hand.
Not-known--
She screams aloud,
No-one hears her
That wary heart--
That little girl,
That doubts she has--
The lights illuminate the hallway
but not into her soul,
to where she belongs--
"Bring me home..."
"Please bring me home..."
Monday, February 15, 2010
Friday, February 12, 2010
Desiderata
Go placidly amid the noise and the haste,
and remember what peace there may be in silence.
As far as possible, without surrender,
be on good terms with all persons.
Speak your truth quietly and clearly;
and listen to others,
even to the dull and the ignorant;
they too have their story.
Avoid loud and aggressive persons;
they are vexatious to the spirit.
If you compare yourself with others,
you may become vain or bitter,
for always there will be greater and lesser persons than yourself.
Enjoy your achievements as well as your plans.
Keep interested in your own career, however humble;
it is a real possession in the changing fortunes of time.
Exercise caution in your business affairs,
for the world is full of trickery.
But let this not blind you to what virtue there is;
many persons strive for high ideals,
and everywhere life is full of heroism.
Be yourself. Especially do not feign affection.
Neither be cynical about love,
for in the face of all aridity and disenchantment,
it is as perennial as the grass.
Take kindly the counsel of the years,
gracefully surrendering the things of youth.
Nurture strength of spirit to shield you in sudden misfortune.
But do not distress yourself with dark imaginings.
Many fears are born of fatigue and loneliness.
Beyond a wholesome discipline,
be gentle with yourself.
You are a child of the universe
no less than the trees and the stars;
you have a right to be here.
And whether or not it is clear to you,
no doubt the universe is unfolding as it should.
Therefore be at peace with God,
whatever you conceive Him to be.
And whatever your labors and aspirations,
in the noisy confusion of life,
keep peace in your soul.
With all its sham, drudgery, and broken dreams,
it is still a beautiful world.
Be cheerful. Strive to be happy.
~Max Ehrmann, 1920's
Friday, February 5, 2010
Bara itu; kau genggamlah...
Seawalnya mahu menulis dalam bahasa yang aku fikir serentak dengan dunia. Bahasa yang rakanku di Belgium bisa faham dan catna. Tapi biarlah. Entri ini aku tuturkan dalam Bahasa Kita yang hanya kita yang faham.
Dunia. Apa yang kau faham dengannya? Apa yang kau mengerti darinya? Apa yang kau mahu darinya? Apa yang kau peroleh darinya?
Yang aku faham, dunia itu tempat tinggal kita. Dalam Bahasa Kita, namanya 'tempat tinggal'. Tinggal. Meninggalkan. Ditinggalkan. Tertinggal. Ketinggalan. Meninggal.
Ya. Meninggal. Satu hari nanti kita semua PASTI 'meninggal'. Kita akan 'meninggalkan' dunia. Orang-orang, manusia-manusia dan mereka semua itu akan 'ditinggalkan'. Semua yang fana' itu 'tertinggal'lah ia, tak dapatlah lagi dibawa bersama. Waima baju yang dipakai saat ini pun akan dilucutkan, hatta cincin kecil di jari yang harganya berjuta beribu juga dibuangkan. Apatah lagi kereta, rumah, isteri, suami, ibu, ayah, kekasih. PASTI DITINGGALKAN. Apa mereke mahu ikut serta kita bertemu Sang Ajal di pembaringan??? Apa mereka tak takut pada gelap kuburan itu? Apa mereka itu pastikah setia? Janji manusiawi yang katanya kan setia itu palsu! Tidak mereka bersama tika kamu geletar sendiri dalam kain putih itu.
TIDAK!
Nah, kamu tak percayakan pada KEMATIAN? Kamu nampak semut melata di meja? Cuba kamu tekan tubuh halus si kaki enam itu. Nah, apa dia masih bergerak???
Itulah MATI, duhai sayang...
Bila nyawa yang Dia beri sudah Dia panggil kembali.
Bila nyawa itu pergi 'meninggalkan' jasad si hamba kembali kepada Tuannya.
Itulah MATI, duhai cinta...
Cuba kamu tiupkan tubuh kecil si semut yang mati itu. Konon serupa lagaknya Tuhan Pemilik segala seperti tika Dia 'tiup'kan roh ke dalam jasad manusia. Tak mungkin...
Bila sudah ditinggalkan, tak mungkinkan kembali. Tidak, sayang. Tidak sekali-kali melainkan dengan 'Kun Fa Yakun' Pemiliknya jua.
Apa yang aku bebelkan ini sudah kamu tahu. Sudah. Bebel ini sudah berbuih di mulut manusia, sudah panas di telinga kita.
Tapi apakan daya,
Bila sedikit susah, mula terasa seperti dunia ini 'kekal'
Bila datang kecewa, dunia ini kau ingat 'selamanya'
Bila kau dimarahi ketua, dibenci sahabat, ditinggalkan yang tercinta,
dalam jiwa kau menjerit; "Aduh... kenapa?"
Bagai kau itu begitu sampai bila-bila...
Tidak sayang, tidak.
Dunia ini, singgah. Akan kau tinggalkan.
Sengsara kamu itu tidak lama. Pahit yang kau telan itu nantinya kan pergi jua, bukan begitu?
Jadi, apa yang kau bising-bisingkan, sayang? Apa yang kau marah-marahkan? Apa yang kau rayu-rayukan? Apa yang kau juara-juarakan?
Sudah-sudahlah harapkan dunia. Umpama digenggam bara. Jadi abu. Tiup. Terbang ia ke dalam udara. Yang tinggal tapak tangan yang kehangusan, parut yang mungkin kan sembuh??? Itulah DUNIA.
Ketika ia masih berbara, lihat ia bercahaya-cahaya. Kau rasa ia menghangatkan. Kau rasa ia menerangkan.
Takut padam; kau genggam, kau tekup dengan tapak tangan. Biar sakit kau aduhkan, biar perit kau tangiskan. Akhirnya...?
Alahai sayang, sudah-sudahlah...
ALlahu ALlah,
"Leraikanlah dunia yang mendiam di dalam hatiku..."
Amiin.
Wednesday, February 3, 2010
You Jump, I Jump!
"Happy the man in who in order not to lose his companion of eternity, copies his righteous wife and so become righteous himself. And happy the woman who, seeing her husband to be pious, adheres to religion herself so as not to lose her everlasting friend and companion.Unhappy the man who follows his wife in sin does not try to make her give it up, but joins her. And unhappy the woman who, seeing her husband's sinfulness, follows him in another way.And alas for the wife and husband who assist one another in throwing each other onto the Fire. That is, who encourage one another yo embrace the evils of civilization."