Lilypie Maternity tickers

Monday, September 28, 2009

MAJLIS JAMUAN AIDILFITRI 1430H

Assalamualaikum wrh wbt

Presiden & Ahli Jawatankuasa Kerja Pusat

Pengerusi & Lembaga Pengarah

Dengan segala hormatnya mengundang

YBhg. Dato' Seri/ Datin Seri/ Datuk/ Datin/ Tuan/ Puan/ Saudara/ Saudari

menghadiri

MAJLIS JAMUAN AIDILFITRI 1430H

WADAH-ABIM-PKPIM & AGENSI

Dengan Kerjasama

MASJID NEGARA

Pada

12 Syawal 1430H/ 1 Oktober 2009

Bertempat

Dewan Syarahan Masjid Negara, Jalan Perdana Kuala Lumpur

Masa

11:30 pagi hingga 4:00 petang

Mudah-mudahan Allah memberi kelapangan waktu untuk kita bersama-sama

bertemu dan mengukuhkan lagi ukhuwah .


Pertanyaan dan maklumbalas, sila hubungi 016-208 1300 @ 013-380 3207

Informasi Daripada:-
Sekretariat ABIM Pusat
No.6, Jalan TC 2A/2,
Taman Cemerlang
53100 Kuala Lumpur

Tel: 603-4256 8400
Fax: 603-4251 9311

sap@...
www.abim.org. my

Mengapa Engkau Menangis

Seorang anak laki-laki kecil bertanyakepada ibunya "Mengapa engkau menangis?"

"Kerana aku seorang wanita", kata sangibu kepadanya.

"Aku tidak mengerti", kata anak itu.Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti"

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"

"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"

"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "

"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya "

"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu"

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dititiskan dan ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bilapun ia perlukan."

"Kau tahu;kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."

"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, kerana itulah pintu hatinya..
Tempat dimana cinta itu ada."

Giving Your 100%

What Equals 100%?

What does it mean to give MORE than 100%?

Ever wonder about those people who say they are giving more than 100%?

We have all been in situations where someone wants you to GIVE OVER 100%.

How about ACHIEVING 101%?

What equals 100% in life?


Here’s a little mathematical formula that might help answer these questions:


If:

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z


Is represented as:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 24 25 26.


If:

H-A-R-D-W-O-R-K

8+1+18+4+23+15+18+11 = 98%




And:

K-N-O-W-L-E-D-G-E

11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96%


But:

A-T-T-I-T-U-D-E

1+20+20+9+20+21+4+5 = 100%


THEN, look how far the love of God will take you:
L-O-V-E-O-F-G-O-D

12+15+22+5+15+6+7+15+4 = 101%


Therefore, one can conclude with mathematical certainty that:
While Hard Work and Knowledge will get you close, and Attitude will get you there,

It’s the Love of God that will put you over the top!

"La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzalimiin"

Sunday, September 27, 2009

Futur: Al Haur Ba'da al Kaur

OBAT FUTUR - 2007/05/08 13:29

Judul: al-Haur Ba'da al-Kaur ( lemah/malas dalam beribadah setelah dulunya semangat/rajin )

Sesungguhnya fenomena berpaling dari komitmen pada agama ini sungguh telah menyebar di kalangan kaum muslimin. Berapa banyak manusia mengeluh akan kerasnya hati setelah sebelumnya tentram dengan berdzikir pada Allah, dan taat kepada-Nya. Dan berapa banyak dari orang-orang yang dulu beriltizam (komitmen pada agama) berkata, "Tidak aku temukan lezatnya ibadah sebagaimana dulu aku merasakannya" , yang lain bekata, "Bacaan
al-qur'an tidak membekas dalam jiwaku", dan yang lain juga berkata, "Aku jatuh ke dalam kemaksiatan dengan mudah", padahal dulu ia takut berbuat maksiat.

Dampak penyakit ini nampak pada mereka, diantara ciri-cirinya adalah :
1. Mudah terjatuh dan terjerumus dalam kemaksiatan dan hal-hal yang diharamkan (Allah), bahkan dia terus melakukannya padahal dahulu dia sangat takut terjerumus kedalamnya.

2. Merasakan kerasnya hati, nasehat tentang kematian tidak berbekas sama sekali dalam
hatinya, demikian juga melihat jenazah dan kuburan.

3. Tidak mantap dalam beribadah, sehingga anda (akan mendapati orang seperti
ini) tidak menemukan "kelezatan" dalam menunaikan sholat, membaca al-Qur’an, dan lainnya, serta malas (melakukan) ketaatan dan ibadah, bahkan mengabaikannya dengan mudah, padahal ia dulu giat serta bersemangat melakukannya.

4. Lalai dari berdzikir kepada Allah, serta tidak menjaga lagi dzikir-dzikir syar’iyah (seperti dzikir pagi dan petang, ma'thurat) padahal dulu ia giat dan bersemangat melakukannya.

5. Memandang rendah kebaikan dan tidak perhatian kepada amal kebajikan yang mudah dilakukan padahal dulu dia orang yang paling teguh dan rajin.

6. Selalu dibayangi oleh rasa takut pada waktu tertimpa musibah atau problematika, padahal dulu ia tegar serta teguh imannya kepada takdir Allah.

7. Hatinya cenderung kepada dunia dan sangat mencintainya (penyakit wahan) hingga ia akan merasa sangat sedih sekali jika ada sesuatu dalam kehidupan dunia ini yang luput darinya, padahal dulu ia sangat terikat kepada akhirat dan kepada kenikmatan yang ada di dalamnya,

Allah Ta’ala telah berfirman :"Tetapi kalian memilih kehidupan dunia, sedang kehidupan akherat adalah lebih baik dan lebih kekal." ( al-A'la : 16-17 )

8. Terlalu berlebihan dalam memperhatikan kehidupan dunianya baik dalam masalah makan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan kendaraan, padahal dulu ia lebih mengutamakan untuk mempercantik akhlaqnya dan untuk komitmen serta berpegang teguh pada agama.

Masih banyak lagi sebenarnya dampak penyakit ini. Dan sungguh Nabi telah berlindung
dari al-Haur ba’da al Kaur. Dari ‘Abdullah bin Sarjas a ia berkata,
"Rasulullah jika bepergian berlindung dari kesukaran perjalanan, kesedihan saat kembali dan dari al-Haur ba’da al Kaur (lemah/malas dalam beribadah setelah dulunya semangat/rajin) ."

Dalam riwayat at-Tirmidzi :
"… dan dari al haur ba’da al kaun..".

BerkataNawawi, "Kedua hadits ini adalah hadits yang disebutkan oleh para ahli hadits, ahli bahasa dan ahli gharibul hadits/lafadh asing dalamhadits." (Syarh Muslim 9/119)

Lalu apakah makna'al-Haur ba’da al-Kaur'?
Ibnul Faris berkata : "al-Haur" artinya adalah : kembali, Allah berfirman :

"Sesungguhnya ia menyangka bahwa ia sekali-kali tidak akan kembali, tetapi tidak…" (al-Insyqaaq : 14)

Orang Arab berkata :
Maknanya kebatilan itu kembali dan berkurang.

Jika dikatakan :
"Kami berlindung kepada Allah dari al haur.
Makna al-Haur adalah berkurang setelah bertambah. (Mu’jamu Maqayis al-Lughah 2/117)

Ibnu Mandzur menjelaskan dalam "Lisanul ‘Arob" (4/217), ia berkata : "Dan dalam hadits :

'Kami berlindung kepada Allah dari al Haur setelah al Kaur? Maknanya adalah dari berkurang setelah bertambah, atau dari kerusakan urusan kami setelah kebaikan."

At-Tirmidzi menafsirkan dengan perkataannya : "Dan makna perkataannya : "al-Haur
ba’da al-Kaun atau al-Kaur, kedua kata itu (al-Kaun dan al-Kaur) mempunyai satu arti, yaitu kembali/berpaling dari keimanan menuju kekafiran, dari ketaatan menuju kemaksiatan.? " (Sunan at-Tirmidzi 498/5)

Kalau begitu, makna al Haur ba’da al Kaur adalah perubahan keadaan manusia dari iman kepada kekafiran, atau dari takwa dan kebaikan kepada perbuatan rusak dan buruk, atau dari hidayah kepada kesesatan. Dan dalam hal ini manusia berbeda-beda tingkatannya, maka jika seseorang mundur/berpaling ke belakang dikhawatirkan ia menutupakhir kehidupannya dengan hal yang buruk.

Dan satu hal yang telah diketahui bahwa amal-amal (seseorang) dilihat pada akhir
kehidupannya, dari Sahl bin Sa’ad a, bahwa Nabi bersabda :
"Sesungguhnya seorang laki-laki dulunya beramal dengan amal penghuni neraka, dan sesungguhnya ia adalah penghuni surga, dan ia dulu mengerjakan amalan penghuni surga, padahal ia adalah penghuni neraka, sesungguhnya amal-amal itu (tergantung) pada akhirnya." (HR. al-Bukhari 6607)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berkata :
"Sesungguhnya ada seseorang yang dia beramal dengan amalan penghuni surga dalam jangka waktu yang lama tapi diakhir hayatnya dia melakukan perbuatan penghuni neraka dan ada juga orang yang dahulunya berbuat perbuatan penghuni neraka tapi dia akhiri hidupnya dengan perbuatan penghuni surga." (HR. Muslim 2651 dan Ahmad).

Nash-nash hadits diatas dan selainnya menerangkan kepada kita bahwa yang paling menentukan amal seseorang itu bukan dari apa yang dilakukannya semasa hidupnya tetapi dalam keadaan bagaimana ia mengakhiri hidupnya.

Oleh karena itu pembahasan masalah ini sangat penting sekali, jangan sampai ada seseorang diantara kita yang mengira ia telah sukses melalui jembatan dan sampai di daratannya dengan aman disebabkan komitmennya terhadap agama, serta selamat dari kesesatan dan dari al Haur ba'dal Kaur.

Keteguhan/kekokohan hanya dari Allah semata. Allah menguatkan/meneguhk an nabi-Nya, Dia berfirman :
"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka". (al-Isra' : 74)

Oleh karena itu Rasulullah r mengajarkan kepada kita agar kita memohon pertolongan kepada Allah agar Dia mengokohkan kita diatas agama Islam, baginda bersabda :
"Wahai yang meneguhkan hati, teguhkanlah hati kami diatas agama-Mu" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Dan sering kali baginda berkata tatkala bersumpah :
"Tidak, demi Dzat Yang Membolak-balikkan hati." (HR al-Bukhari 7391)

Diantara doa nabi saw :
"Wahai yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk taat kepadamu." (HR Muslim 2654)

Seorang yang beriman harus berusaha memeriksa hatinya dan mengetahui penyakit
serta penyebab sakit hatinya, dan berusaha untuk mengobatinya sebelum hatinya menjadi keras dan akhir hidupnya menjadi jelek. Maka apa penyebab al-Haur ba'dal Kaur dan apa obatnya?

Sebab-sebab al-Haur ba’dal Kaur adalah :

1. Lemah Iman.
Lemah iman adalah penyebab kerasnya hati, mudah jatuh dalam kemaksiatan dan
malas dari ketaatan, tidak mendapatkan pengaruh dari (membaca) al-Qur'an dan shalat. Lemah iman juga mengurangi rasa takut dia kepadaAllah swt. Lemah iman juga penyebab banyaknya terlibat debat dan berbantah-bantahan, tidak adanya perasaan merasa bertanggung jawab kepada Allah swt dan beberapa fenomena lainnya.

Hal ini juga disebabkan sikap menjauh dari teman yang shalih serta majelis ilmu, dan
tersibukkan dengan urusan-urusan dunia serta panjang angan-angan, dan terjerumus dalam hal-hal yang di haramkan. Maka apabila iman seseorang lemah, maka berubahlah keadaannya, dari hal yang baik & istiqamah menjadi tersesat dan berpaling. Maka suatu keharusan (bagi seorang muslim yang merasakan lemahnya iman) untuk mengobatinya. Caranya adalah
dengan ikhlas (kepada Allah) dan membaca serta merenungkan al-Qur'an kemudian takut kepada (siksaan) Allah swt dan bertaubat dari dosa, kemaksiatan, takut terhadap akhir kesudahan yang buruk serta mengingat mati dan akhirat.

2. Jauh Dari Suasana Yang Penuh Dengan Keimanan.
Seperti majelis ilmu, masjid, al-Qur'an, teman yang shalih, shalat malam, dzikir dan lainnya. Jauh dari suasana yang penuh keimanan ini akibatnya adalah berbalik kebelakang (kembali kepada kemaksiatan) . Maka apabila seseorang jauh dari temannya yang shalih dalam waktu yang lama lantaran bepergian jauh atau suatu tugas atau semisalnya ia akan kehilangansuasana yang penuh keimanan yang mengakibatkan lemahnya iman dan tidak iltizam lagi, apabila ia tidak segera memperbaiki jiwanya.

Berkata al-Hasan al-Basri : "Teman-teman kita lebih mahal (nilainya) dibanding
dengan keluarga kita, (hal ini disebabkan) karena keluarga kita hanyamengingatkan kita kepada dunia, sedangkan teman-teman kita mengingatkan kita kepada akhirat".

Maka selayaknya seorang muslim menjaga komitmennya terhadap agama dengan cara bersungguh-sungguh dan berusaha menjumpai lingkungan yang penuh keimanan.

3. Pengaruh Lingkungan (Yang Jelek)
Jika seorang yang beriltizam berada ditengah lingkungan jelek, yaitu ia hidup bercampur dengan manusia yang bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya dan asyik berdendang dengan lagu-lagu & nyayian, merokok, membaca majalah, lidahnya menggunjing & mencela orang yang beriman, dan apabila ia menghadiri suatu majlis undangan atau acara pernikahan (dikalangan mereka), didapatinya kemungkaran, pembicaraan-pembicaraan mengenai perdagangan, jabatan, harta serta masalah-masalah dunia yang mengakibatkan terjatuhnya hati dalam cinta yang mendalam pada dunia, jika demikian keadaannya maka hati berubah menjadi keras, dan akhirnya berbalik dari komitmen terhadap agama dan kebaikan kepada cinta dunia dan kemaksiatan.

Dan apabila ia diuji dengan harta, dengan istri yang lemah imannya atau anak-anak yang sama dengan ibunya dia tidak mampu teguh bahkan mundur dan meninggalkan kebaikan dan keistiqomahan. Jika dia berkumpul dengan keluarga, tetangga dan teman-temannya yang jelek, mendengar kata-kata yang menyakitkan, ejekan, dan mendapatkan nasehat-nasehat yang menghalanginya untuk beriltizam, maka akibatnya ia mundur dari beriltizam dan berbalik
hingga merugi di dunia dan di akhirat.

4. Lemah Dalam Pendidikan Yang Benar (Sesuai Agama).
Jika seorang muslim tidak menjaga dirinya dengan pemeliharaan, pendidikan
dan perjuangan, ia akan mundur dan berbalik. Maka ia harus meluangkan
waktunya sesaat untuk bertaqarrub/ mendekatkan diri kepada Allah,
menginstropeksi dirinya, mohon ampun dan bertaubat. Dan ia harus
meluangkan waktu untuk mendapatkan ilmu agama, mempelajarinya,
membacanya dan mengulangi pelajarannya. Dan ia harus meluangkan
waktunya sesaat untuk berdakwah, sesaat untuk berdzikir dan membaca
al-Qur’an, hingga ia dapat menjaga amalannya itu.

5. Memandang Remeh Dosa-Dosa Dan Perbuatan Maksiat.
Abdullah bin Mubarak berkata :
Aku melihat dosa-dosa itu mematikan hati,
Mengerjakannya terus-menerus menimbulkan kehinaan
Adapun meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati
Dan mendurhakai dosa adalah baik bagi jiwamu

Ibnul Qayyim berkata :
"Sesungguhnya diantara dampak negatif dosa adalah melemahkan perjalanan hati
(seseorang) menuju negeri akhirat atau menghalanginya atau memutuskannya dari perjalanan itu. Dan kadang kala dosa juga bisa memutar balikkannya ke arah belakang (maksiat dan kekufuran). Hati itu akan berjalan menuju Allah dengan kekuatannya, jika hati itu sakit
lantaran dosa-dosa lemahlah kekuatan yang menjalankannya" . (al-Jawabul Kahfi hal 140)

Meremehkan dosa-dosa akan berdampak buruk bagi seseorang, diantaranya menyebabkan bertambahnya dosa, menjauhkan seseorang dari jalan taubat, dan mengajak untuk tidak menjauh dari pelaku dosa. Lalu ia akan asyik bersahabat dan duduk bersama mereka (para pelaku dosa dan maksiat). Bahkan dosa-dosa tersebut mengajaknya untuk menjauh dari orang shalih dan bertaqwa. Dan ini adalah penyebab utama seseorang tidak istiqomah di atas jalan yang lurus.

6. Tertipu Dan Kagum Terhadap Diri Sendiri
Tidak diragukan lagi bahwa menghadiri majelis ilmu dan berteman dengan orang shalih menunjukkan bahwa pada diri orang tersebut terdapat kebaikan, akan tetapi jika telah masuk perasaan tertipu dan bangga terhadap diri sendiri maka hal ini akan memberi pengaruh jelek terhadap pelakunya.
Jika sudah demikian, ia akan merasa telah sempurna dan tidak merasa butuh berbuat kebaikan dan beramal shalih lagi. Dan jika seseorang telah kagum terhadap dirinya sendiri maka akan hilang dari dirinya perasaan takut terhadap akhir kesudahan yang jelek dan ia akan merasa
aman terhadap kesesatan setelah mendapatkan petunjuk. Hal ini merupakan tanda lemahnya hati dan penyebab seseorang itu mundur kebelakang tidak istiqamah lagi.

Jika seseorang kagum terhadap dirinya ia akan tersibukkan dengan mencari aib-aib orang lain dan menyepelekan untukmemperbaiki aib dalam dirinya. Maka seseorang harus mengobati jiwanya dengan membuang rasa bangga terhadap diri sendiri kemudian bersikap
tawadhu', takut serta memperbaiki aibnya dan bertaubat kepada Allah Ta'ala.

7. Berteman Dengan Orang-Orang Jahat
Seorang teman mempunyai peranan penting dalam membentuk serta mempengaruhi kepribadian sahabatnya. Jika seorang teman melihat film-film dan majalah-majalah yang memberikan mudharat/bahaya (bagi agamanya), mendengarkan lagu-lagu dan musik, maka ia akan mempengaruhi sahabatnya. Dan terkadang hal-hal yang dilakukan temannya menyelisihi syariat agama tapi ia berbasa-basi dan tidak mengingkarinya, terkadang ia melihat temannya tidak taat beribadah dan meninggalkan sunnah-sunnah nabi, maka ia pun terpengaruh dan meninggalkan keistiqamahannya.

Oleh karena itu seseorang harus memilih teman yang shalih yang membantunya untuk taat kepada Allah, dalam hadits yang shahih disebutkan bahwa :

"Seseorang itu mengikuti agama temannya, maka hendaknya seseorang melihat siapa temannya"

8. Ada sebab-sebab lainnya yang menyebabkan seseorang meninggalkan keistiqomahan, diantaranya :

#Lemahnya kesungguhan dalam berpegang teguh (terhadap agama) dan tidak
sabar atas kesulitan-kesulitan dan musibah yang menimpanya.
#Panjang angan-angan, berlebih-lebihan dalam menerapkan hukum agama terhadap dirinya diluar batas kemampuan (ekstrim).
#Penyakit-penyakit hati dan lisan yang menimpanya.
#Kepribadian yang lemah dan sikap selalu mengekor kepada orang lain.
#Kegagalan-kegagalan yang menimpa pada masa lalu dan dia sulit keluar darinya.

Lalu Bagaimana Cara Penyembuhannya?
Disaat kita menyebutkan hal-hal yang menyebabkan ketidak istiqamahan, kita juga menemukan cara-cara untuk mengobatinya :
Lemah iman obatnya adalah menguatkan keimanan. Penyakit menjauhi dari lingkungan yang penuh dengan suasana keimanan obatnya adalah mencari dan menjaga serta meningkatkan lingkungan yang penuh dengan suasana keimanan. Penyakit yang disebabkab oleh lingkungan (yang jelek) obatnya adalah sabar serta menambah keistiqamahan dan bersandar kepada Allah.
Lemah dalam pendidikan yang benar obatnya adalah bersungguh-sungguh dalam mencari pendidikan yang benar sesuai dengan agama dan mengatur waktu serta bersungguh-sungguh memperbaiki jiwa. Dosa-dosa dan maksiat obatnya adalah taubat dan mohon ampun dan tidak meremehkan dosa-dosa tersebut.

Adapun penyakit hati dan lisan yang mengakibatkan perbuatan jelek maka obatnya adalah membebaskan diri darinya dan dengan bertaubat yang benar. Adapun teman yang jelek maka obatnya adalah memilih teman yang baik dan shalih.

Adapula Cara Lainnya Untuk Mengobati Sikap Tidak Istiqamah
1. Ikhlas dan jujur kepada Allah, hal ini adalah sebab terpenting untuk istiqamah dan menjadi baik:

Ibnul Qayyim berkata :
"Sesungguhnya yang mendapatkan kesulitan dalam meninggalkan maksiat yang disukainya
dan yang sering dilakukannya adalah seseorang yang meninggalkannya bukan karena Allah. Adapun seseorang yang meninggalkan hal tersebut dengan jujur, ikhlas dari hatinya karena Allah, ia hanya merasakan kesulitan di awal kali ia meninggalkannya. Ini semua untuk mengujinya, apakah ia jujur dalam meninggalkannya ataukah hanya berdusta, jika ia
sabar dalam menghadapi kesulitan ini sebentar saja, ia akan memperoleh
kelezatannya" . (Al-Fawaid : 99)

2. Takut kepada akhir kesudahan/kematian yang jelek (su'ul khatimah)
Seorang yang beriman dan jujur harus takut dari akhir kesudahan yang buruk, dan waspada dari penyebabnya. Allah I berfirman :

"(Ya Allah) wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang salih". (Yusuf : 101)

Suatu malam Sufyan ats-Tsauri v menangis hingga subuh, tatkala ia ditanya, ia menjawab :
"Sesungguhnya aku menangis karena takut su'ul khatimah / mati dalam keadaan beramal buruk". (Kitabul aqibah, karya Abdul Haq al-Isbaili 178)

Al-Imam al-Barbahari v berkata :
"Dan ketahuilah, bahwa sepatutnya seseorang ditemani perasaan takut selamanya, karena ia tidak mengetahui mati dalam keadaan bagaimana, dengan amalan apa ia mengakhiri hidupnya, dan bagaimana ia bertemu Allah nantinya sekalipun ia telah mengamalkan segala amal kebaikan.
(Syarhu Sunnah 39)

Rasa takut dari akhir kesudahan yang buruk memiliki banyak dampak positif. Perasaan ini akan mendorong seseorang untuk berserah diri kepada Allah I serta menghadap kepada-Nya dengan
selalu berdoa kepada-Nya. Perasaan takut ini akan mengajaknya untuk bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan menambah sikap istiqamah dan kebaikan, dan takut dari berbalik mundur kebelakang.

3. Berdoa
Berdo’a kepada Allah agar melindungi kita dari "al-haur badal kaur". Nabi r berdo'a :
"Dan kami berlindung dari al-haur ba'dal kaur" (HR Ahmad dan Muslim 1343, Tirmidzi, Nasai dan lainnya)

Nabi saw juga banyak berdoa :
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati kokohkanlah hatiku diatas agama-Mu" (HR Tirmidzi)

Kita juga diperintah untuk memohon kepada Allah swt agar Dia memperbaharui keimanan dalam hati kita, Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya iman dapat menjadi usang dalam rongga (hati) kalian, sebagaimana baju dapat menjadi usang, maka mintalah kepada Allah agar Dia memperbaharui keimanan dalam hati kalian". (HR Hakim, terdapat juga dalam as-silsilah as-Shahihah karya al-Albani no 1585), maka hendaknya kita memperbanyak berdoa kepada Allah.

4. Kontinyu dalam beramal shalih dan memperbanyak amal shalih.
Sesungguhnya
amal shalih yang dilakukan secara kontinyu oleh seseorang adalah lebih
disukai oleh Allah, sebagaimana sabda Nabi :
"Amal yang paling disukai Allah adalah yang berterusan walaupun sedikit …." (Muttafaqun alaihi)

Jika seorang muslim berterusan dalam beramal shalih sesungguhnya ia akan hidup dalam kebaikan dan keistiqamahan, jika ia lemah dan tertimpa rasa putus asa, maka amal-amal kebaikan yang ia lakukan secara kontinyu ini akan menjadi tiang penyangga untuk istiqamah, mengembalikan jiwa (yang putus asa), dan menguasai jiwanya. Maka sepatutnya bagi seorang muslim untuk memperhatikan dalam mengerjakan amal-amal shalih beberapa perkara ini :

a. Bersegera dan berlomba-lomba dalam beramal shalih, Allah berfirman :
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga …" (Ali Imran : 133)

b. Dan terus beramal shalih serta menjaganya :
"Senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku (Allah) dengan amalan-amalan sunnah
hingga Aku mencintainya. .." (HR Bukhari 6137)

c. Lalu bersungguh-sungguh dalam beramal shalih dan memperbanyaknya kemudian
bervariasi dalam beramal shalih supaya tidak membosankan jiwanya.

5. Ibnu Mas’ud berkata :
"Dahulu Nabi r tidak terus menerus dalam memberi nasehat lantaran khawatir kejenuhan menimpa kami". (Bukhari 68)

Maka seorang muslim harus mengambil bagian untuk duduk dalam majelis ilmu yang memberikannya nasehat, dan dibacakan kepadanya kitab-kitab tentang hal itu.

6. Ada juga cara lain untuk mengobati fenomena ketidak istiqamahan ini, diantaranya :
Berdzikir kepada Allah, merenungkan kehinaan dunia, mengoreksi diri, beramal dan aktif berdakwah.

Akhirnya segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Kita berlindung kepada Allah dari al-Haur ba’dal Kaur.

"Ya Allah (yang membolak-balikkan hati).
Tetapkanlah hati-hati kami untuk selalu ta'at kepada-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan Husnul Khotimah."

Maraji’:Redaksi
Sumber : http://www.salafindo.com

Allahu 'a'lam

Saturday, September 26, 2009

Mahu? Tidak Mahu?



Sabda baginda Rasulullah SAW kepada Saidina Ali yang bermaksud: “Wahai Ali, orang mukmin itu ada tiga tandanya: bercepat-cepat taat kepada Allah, menjauhi segala yang haram dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.

Wednesday, September 16, 2009

Saturday, September 12, 2009

Lailatul Qadr: Malam misteri yang dirindui kedatangannya

Umat Islam di seluruh dunia akan memasuki fasa ketiga pelaksanaan ibadat puasa serta amal-amal ibadat sunat yang lain pada minggu hadapan, ini bermakna sedar atau tidak, Ramadan tetap akan meninggalkan kita buat tempoh setahun.

Apa yang perlu sama-sama kita ingatkan antara satu sama lain, ialah kenangan positif yang kita kecap sepanjang berada dalam bulan Ramadan, iaitu bulan yang dipenuhi dengan segala macam keberkatan, rahmat, keampunan Ilahi serta program-program yang dapat membebaskan diri daripada api neraka.

Itulah bulan yang banyak memberi kita peluang untuk mendapatkan rahmat Allah, keampunan-Nya dari segala kesalahan yang telah kita lakukan sebelum ini, memohon kepada-Nya agar diri kita, keluarga serta anak-anak bebas daripada siksaan api neraka.

Masa yang paling sesuai untuk kita lakukan kesemua itu adalah di tengah malam, di ketika ramai manusia sedang seronok tidur dan mungkin juga sebahagian mereka sedang menonton rancangan kesukaan mereka, kerana pada waktu itu suasana hening menyelubungi manusia, justeru waktu itu juga amat berkesan untuk menyatakan rasa hati kepada Maha Pencipta.

Apatah lagi pada malam akhir-akhir di bulan Ramadan, terdapat satu malam yang disebut oleh Allah SWT dengan jelas sebutan namanya yang mulia dalam satu surah yang pendek, malam yang diturunkan padanya kitab suci al-Quran sebagai petunjuk kepada manusia menuju jalan kebenaran dan keselamatan di dunia dan akhirat, iaitulah malam yang sangat dikenali dengan Lailatul Qadr - atau diterjemahkan sebagai malam takdir.

Dalam al-Quran, Allah SWT berfirman yang bermaksud: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar, Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!" (Quran, Al-Qadr 97: 1-5)

Berdasarkan ayat di atas dapat dilihat bahawa malam al-Qadar disebut juga dengan malam yang penuh keberkatan. Sebab pada malam itu Allah mencucuri pelbagai rahmat, keampunan dan keberkatan kepada orang yang beramal dengan khusyuk dan berdoa dengan penuh keikhlasan.

Kepada mereka Allah memberikan ganjaran kebaikan yang sama nilainya dengan beramal seribu bulan. Firman Allah bermaksud: "Malam al-Qadar itu itu lebih baik daripada seribu bulan" (Surah al-Qadr, ayat 3) .

Sebab-sebab Allah adakan Lailatul Qadr

Allah SWT Taala yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, amat menyayangi hamba-Nya yang taat beribadat kepada-Nya, ia tidak lain adalah untuk menganugerahkan kepadanya pahala-pahal yang banyak, supaya dengannya dia akan dapat masuk syurga.

Terdapat beberapa pandangan ulama yang menyebut bahawa, Allah SWT mempunyai sebab kenapa Dia mengadakan Lailatul Qadr buat umat Nabi Muhammad s.a.w antara lain;

Menurut Imam Malik, Rasulullah melihat bahawa umur umatnya tidak sepanjang umat sebelum mereka, baginda bermohon kepada Allah memberikan peluang di mana umatnya supaya dapat beramal dengan yang nilainya sama dengan amalan umat sebelum mereka.

Sementara Imam al-Qurtubi pula berpendapat, Rasulullah diperlihatkan kepadanya usia umat terdahulu, maka Baginda berasa usia umatnya terlalu pendek hingga tidak mungkin dapat mencapai amal seperti yang diraih oleh umat terdahulu yang usianya panjang. Purata usia umat Muhammad antara 60 hingga 70 tahun menurut maksud satu hadis Rasulullah. Sebab itu Allah menawarkan malam al-Qadar yang mempunyai nilai pahala seribu bulan kepada Rasulullah, para sahabat malah kepada seluruh umat baginda s.a.w.

Justeru, malam al-Qadar adalah satu kurniaan Ilahi yang dianugerahkan oleh Allah kepada Rasulullah dan umatnya sebagai tanda kasih sayang dan rahmat-Nya yang menyeluruh. Amal kebajikan seseorang hamba Allah pada malam itu adalah lebih baik daripada amal kebajikan selama seribu bulan atau menurut ulama sebagai 83 tahun empat bulan.

Dorongan Nabi supaya umatnya terus beribadat pada malam tersebut

Kerana keutamaan ini, Rasulullah menganjurkan umatnya agar mencari dan seterusnya mendapatkan malam al-Qadar yang penuh keberkatan itu. Dalam hal ini, Rasulullah perlu dijadikan ikutan yang menampilkan teladan terpuji dalam menghidupkan malam terakhir Ramadan.

Ini dilakukan dengan melaksanakan iktikaf, membangunkan keluarga agar lebih meningkatkan amalan ibadat pada malam hari dan tidak mendekati isterinya dengan tujuan memperbanyakkan amal ibadat di masjid seperti solat tahajud, Witir, solat Tarawih, membaca dan tadarus al-Quran serta berzikir kepada Allah dan amalan solih lain yang dianjurkanIslam.

Rasulullah sentiasa memanjatkan doa ke hadrat Ilahi. Antara yang sering Baginda baca ialah doa maksudnya: "Wahai Tuhan kami! Anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan juga kebajikan di akhirat serta peliharakanlah kami daripada seksaan api neraka yang pedih."

Doa yang dilafazkan itu bukan sekadar satu permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan akhirat, malah untuk memantapkan langkah dan kesungguhan agar dapat meraih kebajikan yang dijanjikan Allah. Ini kerana doa itu sendiri membawa maksud satu permohonan yang penuh tulus dan pengharapan, di samping disusuli dengan usaha melipatgandakan amal ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah.

Selain itu, setiap Muslim dianjurkan bertaubat dan memohon ampun kepada Allah daripada sebarang kesalahan dan dosa selama ini. Setiap manusia tidak terlepas daripada kealpaan dan seterusnya melakukan kesalahan yang dilarang Allah. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda maksudnya: Setiap anak Adam tidak akan terlepas daripada melakukan dosa dan sebaik-baik orang daripada kalangan yang berdosa itu ialah yang bertaubat kepada Allah. (Hadis riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah)

Berdasarkan permohonan inilah maka Allah menurunkan Lailatul Qadar.

Hikmah dirahsiakan kehadirannya

Sesungguhnya ayat al-Quran yang menceritakan tentang masa berlaku Lailatul Qadr, tidak dijelaskan secara jelas, kerana ia bertujuan agar manusia tidak hanya tertumpu pada satu malam sahaja jika mereka tahu malam tersebut, justeru ia dirahsiakan agar mereka menghidupkan setiap malam terakhir Ramadan dengan amalan-amalan yang pernah dilakukan oleh baginda, para sahabat dan para solihin terdahulu.

Syeikh Muhammad Abduh berpendapat bahawa sebab malam itu diturunkan kepada umat Muhamad kerana Qadar itu bermakna ketentuan atau takdir. Pada malam itu Allah mula mentakdirkan agama-Nya dan memerintahkan nabi-Nya untuk menyeru manusia kepada agama yang melepaskan mereka daripada segala kehancuran dan kerosakan.

Pendapat Syeikh Muhammad Abduh ini berdasarkan kenyataan bahawa al-Quran pertama kali diturunkan pada malam al-Qadar. Turunnya al-Quran pada dasarnya adalah watikah pelantikan Muhammad sebagai nabi dan rasul yang bertanggungjawab menyampaikan risalah Islam. Begitu juga dalam mengubah corak hidup manusia daripada alam jahiliah kepada suasana Islam. Ertinya malam al-Qadar itu adalah malam disyariatkan Islam kepada umat Nabi Muhammad sebagai agama penyelamat untuk seluruh alam.

Ada ulama lain yang menyatakan bahawa penyebab dikatakan dengan malam al-Qadar kerana pada malam itu Allah menetapkan takdir setiap makhluk baik berupa rezeki, umur atau sakit atau sihatnya seseorang untuk jangka masa setahun, iaitu dari malam al-Qadar tahun ini hingga ke malam al-Qadar tahun depan.

Mengenai jatuhnya malam al-Qadar, ulama berbeza pendapat mengenainya. Imam Nawawi berkata bahawa sebahagian ulama menyatakan malam itu bergilir dari tahun ke tahun. Ertinya apabila pada tahun ini berlaku pada malam 29 Ramadan, maka tahun akan datang datang pada malam berbeza.

Hal sama dikatakan oleh Ibn Hazm bahawa Lailatul Qadar itu ada kalanya pada malam 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadan.

Sementara menurut jumhur ulama, Lailatul Qadar berlaku pada malam yang sama pada setiap Ramadan iaitu pada malam 27 Ramadan. Ini berdasarkan hadis Rasulullah daripada Ubai bin Ka'ab yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan hadis dari Mu'awiyah yang diriwayatkan Abu Dawud. "Saya mendengar Rasulullah bersabda carilah Lailatul Qadar itu pada malam 27."

Sebahagian sahabat dan ulama mencuba menentukan Lailatul Qadar dengan cara lain, iaitu menggunakan rumusan tertentu.

Ibnu Abbas berkata bahawa surah al-Qadr itu terdiri daripada 30 kalimah. Kata salamum hiya (selamat sejahteralah malam itu) berada pada kalimah yang ke-27. Oleh itu Ibnu Abbas menyatakan bahawa malam al-Qadar berlaku pada malam ke-27.

Sementara sebahagian ulama menyatakan bahawa kalimat Lailatul Qadr terdiri daripada sembilan huruf. Dalam surah al-Qadr kata-kata Lailatul Qadr itu diulang-ulang sebanyak tiga kali. Maka sembilan darab tiga adalah 27. Maknanya Lailatul Qadar itu berlaku pada malam 27.

Sementara ulama lain seperti Ahmad Marzuk dan Ibnu Arabi berpendapat bahawa Lailatul Qadar itu berlaku pada malam Jumaat ganjil pada 10 malam terakhir Ramadan.

Namun dalil yang paling kuat mengenai Lailatul Qadar adalah hadis daripada Aishah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. "Carilah sedaya-upaya kamu Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam ganjil pada akhir Ramadan."

Perbezaan pendapat sahabat dan ulama ini sebenarnya adalah satu kenyataan bahawa tidak ada satu dalil jelas yang menunjukkan bila malam ini berlaku. Tetapi sahabat dan ulama bersepakat dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Aishah tadi bahawa malam itu berlaku pada sepuluh malam ganjil akhir Ramadan.

Menurut Prof Wahbah al-Zuhayli, sebab dirahsiakan Lailatul Qadar supaya umat Islam sentiasa berusaha beribadah pada setiap malam Ramadan tanpa menumpukan pada satu malam saja. Ini kerana setiap malam pada Ramadan memiliki hikmah dan rahsia tersendiri.

Tanda-tanda berlakunya Lailatul Qadr

Di antara tanda yang sempat terlihat pada masa Nabi s.a.w adalah bahwasanya ketika baginda bersujud di waktu Subuh di atas tanah yang dibasahi dengan air, ertinya bahawa pada malam itu turun hujan sehingga baginda sujud di atas tanah yang berair.

Lailatul Qadr adalah malam dibukanya seluruh pintu kebaikan, didekatkannya para kekasih Allah, didengarkannya permohonan dan dijawabnya segala doa, amal kebaikan pada malam itu ditulis dengan pahala sebesar besarnya, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Maka hendaknya kita berusaha untuk mencarinya dengan bersungguh-sungguh.

Malam itu tenang dan hening, keadaannya tidak dingin dan tidak panas; siangnya pula memancarkan cahaya matahari yang warnanya pucat; pada malam itu juga malaikat Jibril akan menyelami orang yang beribadat pada malam itu dan secara tiba-tiba kita akan rasa sangat sayu dan kemudiannya menangis teresak-esak.

Ada pendapat yang berkata, bahawa orang yang menemui lailatul qadar akan melihat nur yang terang benderang di segenap tempat hingga keseluruhan ceruk yang gelap gelita.

Ada pula menyatakan bahawa kedengaran ucapan salam dan kata-kata yang lain daripada malaikat.

Ada juga yang melihat segala benda termasuk pohon-pohon kayu rebah sujud.

Ada yang berkata doa permohonannya makbul.

Fokus umat pada malam tersebut

Lailatul Qadr seperti yang dijelaskan di atas, adalah masa yang paling sesuai untuk mengajukan segala permohonan kepada Allah SWT, apa yang perlu dilakukan pada malam tersebut ialah dengan perkara-perkara berikut:


    • Menghayati malam tersebut dengan ibadah
    • Beriman dengan yakin bahawa malam lailatul qadar itu adalah benar dan dituntut menghayatinya dengan amal ibadah.
    • Amal ibadah itu dikerjakan kerana Allah semata-mata dengan mengharapkan rahmat dan keredhaanNya.

Kesimpulan, persoalan bila sebenarnya berlakunya Lailatul Qadr, hanya Allah SWT sahaja yang tahu.

Apa yang telah dinyatakan kepada kita melalui hadis-hadis Nabi s.a.w ialah tanda-tanda dan juga malam-malam yang kemungkinan berlakunya Malam al-Qadr.

Berdasarkan hadis Nabi s.a.w menghidupkan 10 malam terakhir dengan beriktikaf, ramai di kalangan ulama' cenderung mengatakan bahawa malam tersebut kemungkinan besar akan berlakunya Malam al-Qadr.

Mengenai cerita pelik yang berlaku, usahlah dijadikan pegangan, oleh kerana para sahabat juga mencari Malam Al-Qadr dengan berdasarkan tanda-tanda yang telah Nabi saw ceritakan kepada mereka. Malah, tidak terdapat sebarang periwayatan mengenai apa yang telah dilihat oleh para sahabat. Maka tidak melihat, tidak bermakna tidak mendapat ganjaran Malam al-Qadr!

Fikir masalah umat ketika sedang beritikaf adalah ibadat

Bukan sahaja melakukan ibadat qiyamullail itu dikira sebagai satu amal ibadat yang baik di sisi Allah SWT, malah memikirkan sesuatu khususnya mengenai masalah yang melanda umat Islam hari ini juga dikira sebagai ibadat yang besar, apatah lagi ketika menjalani proses beri’tikaf dalam masjid pada malam-malam terakhir Ramadan.

Lebih-lebih lagi masalah umat secara global, sama ada keruntuhan moral, perilaku, akhlak di kalangan remaja lelaki mahupun perempuan, masalah krisis keyakinan terhadap Islam di kalangan mereka yang mempunyai profil tinggi dan lain-lain, kesemua itu dapat ditangani jika masing-masing memainkan peranan sebagai hamba Allah yang mempunyai jati diri sebagai orang yang bertakwa seperti yang dituntut dalam ayat mengenai matlamat pelaksanaan ibadat puasa.

Fadilat Lailatul Qadr

Mungkin terdapat sesetengah orang menyangka bahawa mendirikan Qiyamullail pada disepertiga (1/3) malam iaitu dengan hanya bersolat Tarawih (Qiyam Ramadan) berjemaah pada awal malam, iaitu selepas Solat Ba'diyah Isya'. Apakah orang seperti ini mendapat ganjaran atau pahala seperti mereka yang bersolat di malam Al-Qadr (sekiranya berlaku Lailatul Qadr pada malam tersebut)?

Berkata Muhaddis terkenal, Sheikh Nasyirudin Al-Albani (didalam buku Risalah Qiyam Ramadan) :

"Sebaik-baik malam ialah Malam Al-Qadr, kerana baginda s.a.w bersabda :'Barangsiapa yang berqiyam pada Malam Al-Qadr (berjaya mendapatkannya) dengan keimanan dan pengharapan, telah diampunkan dosa-dosa yang telah lalu' - [Hadith riwayat kedua Sheikh dari hadith Abu Hurairah, Ahmad 5/318].

Sementara Sheikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi menceritakan mengenai syarat beramal pada malam Al-Qadr, katanya :

"Membawa kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang Islam pada malam tersebut ialah : bersolat Isya' berjemaah, Solat subuh berjemaah dan pada malamnya mendirikan qiyamullail.

Di dalam Sahih diriwayatkan bahawa Nabi bersabda :"Barangsiapa yang bersolat Isya' berjemaah, seolah-olah ia berqiam di separuh malam, dan barangsiapa yang bersolat subuh berjemaah, seolah-olah ia bersolat disepanjang malam tersebut. (Riwayat Ahmad, Muslim dan lafaznya, dari hadis Osman, Sahih Jami' Saghir - 6341).

Dan tujuannya ialah : Barangsiapa yang bersolat Subuh dengan tambahan-tambahan di dalam waktu Isya', adalah sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Hadis Abu Daud dan Tirmizi :

"Barangsiapa yang solat Isya' berjemaah bagaikan berqiyam separuh malam, dan barangsiapa bersolat Isya' dan Fajar bagaikan ia berqiyam sepenuh malam (sumber yang sama - 6342)."

Semoga tahun ini kita mendapat rezeki untuk bertemu dengan Lailatul Qadr, iaitu satu malam yang penuh dengan misteri, supaya pahala amalan kita dilipat gandakan oleh Allah dan dikira sebagai amal-amal yang solih, Insya Allah.

Sumber: Harakah Daily

Thursday, September 3, 2009

Semoga Kau Istiqamah...

“Saya rimaslah pakai tudung labuh-labuh, baju besar-besar ni.. Panas!”

Bagaikan terngiang-ngiang suara Khalida, teman yang dikenalinya semenjak orientasi lagi yang merangkap teman sebiliknya. Zinnirah melepaskan keluhan, rasa sebak kerana masih tidak mampu menerangkan syariat Islam sebenar kepada Khalida walaupun sudah lama mereka berkenalan.

“Zinnirah! Nak tengok tak gambar masa birthday party saya hari tu?”

Zinnirah tersentak. Suara lantang Khalida membuatkan Zinnirah berpaling ke belakang. Senyuman yang paling manis dihadiahkan, istimewa buat sahabat tercinta.

“Boleh juga”

Khalida girang, cepat sahaja tangannya menunjukkan beberapa gambar dalam handphonenya. Celoteh mulutnya bercerita itu dan ini sehingga tidak terlihat kerutan pada dahi Zinnirah, hampir-hampir sahaja kening halus milik Zinnirah bercantum.

“Khalida…” Zinnirah cuba bersuara setenang mungkin.

“Ye, best kan tengok gambar-gambar ni, sorrylah tak dapat ajak awak sama… awak kan selalu sibuk, persatuan tu lah, persatuan ni lah.. Lagipun…”

“Er, Khalida, kenapa awak tak pakai tudung?” Segera Zinnirah mematikan celoteh Khalida. Khalida terdiam, berkerut-kerut dahinya seolah-olah mencari satu jawapan yang konkrit untuk diberi.

“Ala… Kan hari tu special day saya, takpelah bukan selalu pun..”

Zinnirah beristighfar di dalam hati, jawapan yang diberi dirasakan seperti satu belati tajam yang menusuk lubuk hatinya. Hampir sahaja takungan air di kelopak mata Zinnirah jatuh ke bumi, namun Zinnirah masih cuba tersenyum.

“Kita harus mengenali siapa mad’u1 kita, jangan main hentam sahaja hendak berkata itu dan ini… Jangan main suka-suka bagi dalil-dalil Al-Quran dan Hadith kerana andai mad’u1 kita itu tidak memahami apa itu Islam sebenar, bagaimana mereka hendak menerima segala dalil-dalil tu?”

Bagaikan terngiang-ngiang suara Kak Harissah, naqibah2 halaqahnya. Zinnirah merenung kembali sejarah hidup sahabatnya yang seorang itu… Khalida telah kehilangan ibu seawal usia 12 tahun, terpaksa pula dia melayan karenah adik-adiknya seramai 5 orang kerana dia merupakan anak yang sulung. Dia hanya mendapat kasih sayang dari pembantu rumahnya yang tidak pernah mengajarnya apa itu Islam… Mengenangkan itu, Zinnirah kembali tenang…

“Zinnirah, awak marah saya ke?”

Zinnirah tersentak. Wajah Khalida dipandang dengan penuh kasih seorang sahabat. Lantas, senyuman terukir di bibirnya

“Taklah… cantik gambar-gambar awak ni… tapi saya suka gambar awak pakai tudung, cantik..”

Khalida diam. Seolah-olah mengerti apa maksud Zinnirah. “Zinnirah, kenapa kita kena pakai tudung? Kan nikmat Allah tu harus dikongsi-kongsi, salah ke saya kongsi nikmat Allah macam rambut saya semua kat orang lain?”

Zinnirah menghela nafas.

“Khalida, kalau awak diberi pilihan untuk membeli sebiji batu permata… Dua-dua sama jenis, tapi yang satu tu diletak untuk tontonan ramai, banyak kali dibelek-belek, yang satu lagi dibungkus dengan kain, diletak dalam sebuah kotak baldu yang cantik, yang mana awak nak?”

“Mestilah yang dalam kotak tu.”

“Macam tu juga lah tanda kasih sayang Allah pada kita, kerana sayang, Allah suruh kita tutup semua yang patut agar semua tu diberi untuk yang teristimewa iaitu suami kita… kalau awak tak nak barang yang dah dibelek-belek, takkan awak sanggup nak bagi suami awak yang sisa-sisa sahaja?”

Khalida diam, merenung jauh…


* * *


Usai solat subuh, Zinnirah duduk di atas sejadah.. merenung kembali apa yang telah dilakukan..

“Zinnirah”

Terdengar suara Khalida memanggil, Zinnirah merenung muka Khalida, penuh kasih..

“Awak dah solat?” Zinnirah bertanya.

“Dah.. er, Zinnirah, saya ada hajat sebenarnya”

“Apa dia?”

“Saya… sebenarnya saya suka tengok cara awak pakai tudung.. kemas.. Boleh tak ajarkan saya?”

Zinnirah tersenyum. Subhanallah! Sungguh dakwah itu bukan semata-mata melalui ucapan. Perlakuan, sikap, kekemasan diri semua itu perlu ada dalam diri seorang da’ie3.

“Boleh..” Cepat sahaja Zinnirah melipat telekung, bersedia untuk membantu Khalida yang akan ke kelas sebentar lagi.

Zinnirah mendapatkan tudung yang tidak terlalu labuh tapi masih mampu menutup aurat yang sebenar iaitu menutup dada dari hadapan dan juga tepi, tidak lupa juga zinnirah memastikan tudung yang dipilih itu jika ditiup angin tidak menampakkan dada.

“Terima kasih Zinnirah..”

Zinnirah senyum.

“Pandai awak berdakwah, awak tak pilihkan saya tudung yang labuh sangat… Kalau tak mesti orang yang baru nak berjinak-jinak dengan tudung macam saya ni tak selesa nak pakai”

“Khalida… labuh tak labuh tudung tu bergantung pada keimanan dan keselesaan. Kalau awak rasa pakai tudung bidang 50 ni selesa, dah tutup dada… pakai lah, takpe.. Islam itu tidak menyusahkan umatnya..”

“Awak selesa ke pakai tudung bulat yang labuh tu?”

“Alhamdulillah… rasa aurat lebih terpelihara”

“Zinnirah, terima kasih ya… Saya pergi kelas dulu”


* * *


Hari minggu itu Khalida pulang ke kampung meninggalkan Zinnirah keseorangan… Zinnirah redha, sms yang menjadi penghubung antaranya dengan Khalida sudah cukup menghiburkan hati..

Zinnirah, tunggu saya balik tau esok… Saya ada kejutan untuk awak


Sms itu sedikit sebanyak membuatkan Zinnirah berdebar-debar… Hari esok seakan-akan lambat untuk tiba…


* * *


“Assalamualaikum…”

Suara Khalida di muka pintu membuatkan langkah Zinnirah laju, tombol dipulas, pintu ditarik dan kelihatanlah wajah sahabatnya yang tercinta…

“Khalida…” Air mata Zinnirah tidak mampu ditahan lagi untuk jatuh ke bumi… Deras ia mengalir lantaran terharu melihat Khalida yang cantik berjubah dan bertudung labuh..

“Zinnirah… kenapa awak menangis? Awak tak suka ye saya pakai macam ni?”

“Bukan… saya suka sangat, subhanallah… saya terharu”

“Zinnirah, terima kasih… awak banyak ajar saya, awak tak pernah marah, awak tak pernah malu berkawan dengan saya walaupun dulu saya jarang-jarang pakai tudung… Terima kasih sahabatku..”

Lantas, Khalida memeluk Zinnirah erat… Dalam hati, Zinnirah berdoa..

Semoga kau istiqamah sahabatku!


Glosari:
1 mad’u - orang yang didakwah
2 naqibah - pengendali majlis usrah
3 da’ie - pendakwah

Sumber: Halaqah.net

MEGA SALE!!!